You Are What You Do

Photobucket

Judul tulisan di atas, kalau diterjemahkan sesuai dengan kalimat bijak yang sudah sangat sering kudengar “dirimu adalah sesuai dengan apa yang engkau lakukan”.

Baru-baru ini kalimat tersebut sempat menggelitik benakku. Sudah sering didengar dan sudah tahu pula letak benarnya, namun semakin lama direnungkan semakin banyak benarnya. Semua tindakan,semua keputusan dan perbuatan yang kita lakukan seketika itu juga akan berdampak pada lingkungan sekitar dan diri sendiri. Ini letak pentingnya. Keadaan ini seperti (maaf,meminjam istilah) menjadi seperti instant karma.

Bila kita egois dan manipulatif pada orang lain maka akan berdampak buruk dan berbalik pada diri sendiri, bila kita penuh kasih dan perhatian pada orang-orang di sekitar akan terasa balasannya baiknya. Saya termasuk orang yang percaya bahwa balasan/ reward untuk semua tindakan itu akan datang dengan segera.

Percaya deh, ini bukan ancaman tapi sekedar hasil observasi saja. Kalau berbuat baik akan mendapat kebaikan, dan kalau berbuat buruk akan segera mendapat balasan keburukan pula.

Coba kita perhatikan wajah-wajah di sekitar kita, mereka yang selalu menebar senyum, kasih dan kebahagian pada sekitarnya, akan ada garis senyum dan tawa di wajahnya. Tatap wajah-wajah yang penuh dengan keegoisan, hobby mengertak, mengancam dan memarahi, arogan, namun sebenarnya penakut dan pencemas maka ada garis kepedihan, kemarahan dan ketakutan yang terlihat.( wah.. jadi ahli garis wajah nih)

Garis-garis yang terpatri di wajah ini tidak hapus oleh segala krim penghalus wajah atau operasi plastik. Garis ini ada, sesuai dengan apa yang kita kerjakan,bertahun-tahun…. dan pastinya sesuai pula dengan yang dapat dibaca di mata masing-masing (bukankah mata itu jendela hati?).

Jadi, yuuk kita mulai upayakan,
Do the Right Thing, Every Time. We’ll Know What It Is.

Me and My Time

Sahabatku, pernah sempat punya waktu untuk diri sendiri ?

Pertanyaan yang biasanya sulit dijawab untuk sebagian besar wanita dan para ibu.

Peran multitasking yang terlanjur melekat pada diri wanita dan para ibu seringkali membuat kita merasa tidak dapat, tidak sempat atau malah sedikit merasa bersalah kalau kemudian sesekali mempunyai waktu untuk diri sendiri, mengingat begitu banyak tugas yang harus, belum atau malah tidak akan pernah terselesaikan. Urusan-urusan rumah tangga yang tak pernah putus, mengurus keperluan anak-anak, keperluan suami, masalah si-mbak, bibik dan supir yang tiba-tiba mau berhenti bekerja.
Wanita bekerja dengan urusan pekerjaannya, tugas–tugas dari atasan yang selalu dikejar deadline, memimpin rapat, dll. Buat wanita yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, urusan membuat makalah, presentasi ,tugas-tugas mengajar, meneliti, dll.. dll…, hanyalah sebagian kecil peran wanita dan ibu yang rasanya seakan tak pernah habis–habisnya walau terus dikerjakan.

Berapa banyak wanita dan ibu yang seringkali diam-diam, sedikit merasa bersalah bila sekali-kali memanjakan dirinya dengan mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, ya…!! Benar-benar waktu untuk diri, hanya dia dan dirinya sendiri, walau tak terungkap secara jelas, saya yakin pastilah persentasenya cukup signifikan.

Padahal… menurut para pakar inspirasi dan pengamat kehidupan, 5 -15 menit waktu yang kita habiskan hanya berdua saja dengan diri sendiri adalah waktu yang amat sangat berharga. Waktu yang sering kusebut sebagai me and my time, itu bisa saja hanya diisi dengan duduk diam, atau melakukan sesuatu yang benar-benar between me and my soul.

Seorang sahabat pernah mengomentari kebiasaan me and my timeku, katanya, “Ayolah, dunia tidak akan berubah kalau kamu hanya duduk diam tanpa berbuat sesuatu, jadi segeralah bertindak, jangan hanya berdiam diri seperti itu”. Wah, belum tahu ya? kalau dari duduk diam begini banyak ide dan kontribusi pada kehidupan yang bisa dihasilkan…

Jadi,.. rasanya tidak berlebihan kalau kita bisa bilang : Stop!, I need me and my time first…

Apa yang sahabatku lakukan?, me and my time-ku adalah saat ketika duduk membaca buku, novel, jurnal atau apa saja bahan bacaan dengan ditemani secangkir kopi panas dan peyek kacang, hhmm… benar2 bisa menenangkan pikiran dan merecharge kembali semangat baru.

Photobucket

Janji

Photobucket

Janji

Kapan ya terakhir kali kita membuat janji pada diri sendiri?
Barusan…, tadi malam, kemarin, seminggu… atau setahun yang lalu?

Kalau aku sering sekali berjanji pada diri sendiri, hampir tak terhitung banyaknya, mumpung nggak ada yang tahu dan nggak bakal ada yang menagih janji itu kecuali diri sendiri dalam bentuk rasa bersalah bila janji tersebut tidak terpenuhi. Janji pada diri sendiri itu tentunya sering karena ingin berubah menjadi manusia yang lebih sabar, lebih positif, lebih bahagia dan lebih sukses dalam segala aspek yang dikerjakan.

Sudah kodratnya manusia menjadi makhluk yang ingin selalu berbagi. Kebahagiaan, kesuksesan, kesedihan dan kegagalan rasanya lebih enak bila dibagi dengan orang-orang yang dianggap dekat.
Ada satu hal yang menurutku musti agak berhati-hati atau malah sebaiknya tidak untuk dibagi dulu… dengan yang lain, yaitu janji-janji yang kita buat dengan diri sendiri.

Hal-hal baik dan positif yang aku janjikan dan sedang diupayakan dengan diri sendiri biarlah menjadi rahasia berdua antara me and myself. Tidak semua orang akan senang dan menanggapi positif bila kita utarakan hal ini. Bukan karena berprasangka negatif terhadap pendapat orang lain, tetapi lebih pada sikap berhati-hati saja. Dan kalau pada akhirnya kita benar-benar berubah menjadi pribadi yang lebih baik, biarlah perubahan itu terjadi natural tanpa adanya propaganda atau pernyataan dari kita sebelumnya. Jadi daripada asyik membuat janji pada diri sendiri, segera saja mulai upayakan untuk memenuhi janji tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas, ringan dan bahagia, tanpa perlu memberitahu siapapun.

Simpan janji tersebut sesuai pepatah : Keep It Under Your Hat